Peran 3 Tersangka Pembunuhan Pada Eno Parinah
Kasus pemerkosaaan dan pembunuhan terhadap Eno Parinah (19) masih menjadi perbincangan banyak orang. Tak sedikit yang ingin tahu bagimana kisah pertemuan pelaku dengan Eno Parinah hingga terjadi pembunuhan sadis itu.
Berdasarkan keterangan pelaku kepada polisi, Eno Parihah pertama kali bertemu dengan pelaku RA sebulan sebelum kejadian. Kabarnya, siswa SMP yang baru berusia 15 tahun itu pacaran dengan Eno Parinah.
Namun, kabar tersebut dibantah Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti. Krishna mengatakan, Eno Parinah dan RA belum resmi pacaran, baru sebatas pendekatan (PDKT).
Menurut Krishna, RA bertemu dengan Eno Parinah di jalan. Mereka kenalan dan saling bertukar nomor telepon. Eno Parinah dan RA lantas melakukan komunikasi intens.
RA melancarkan rayuan mautnya dan tak segan mengungkapkan perasaan sayang dan cinta kepada Eno Parinah. Rupanya, Eno Parinah memberikan sinyal jika dia juga suka dengan RA.
Sejak awal kenalan, Eno Parinah tak memberitahukan jika nama dia yang sebenarnya adalah Eno Parinah. Eno hanya mengaku sebagai Indah. Karenanya, RA mengenal gadis berkulit putih mulus itu sebagai Indah, bukan sebagai Eno Parihah.
Eno Parinah dan RA akhirnya janjian untuk bertemu pada malam Jumat. Namun, Eno meminta RA datang tengah malam agar tidak diketahui satpam dan penghuni kamar lain.
Untuk bisa masuk ke kamar Eno di mes PT Polyta Global, RA harus melalui pintu besi di samping bangunan yang langsung terhubung dengan gang musala.
Sebelum RA datang, Eno Parinah sudah membuka pintu tersebut tanpa sepengetahuan satpam dan penghuni lain. Selain itu, Eno Parinah juga tidak mengunci kamarnya.
Eno Parinah berpesan kepada RA agar langsung masuk saja. RA pun mengikuti instruksi Eno. RA lantas masuk ke kamar Eno Parinah jelang tengah malam, tepatnya pukul 23.30 WIB. Saat itu, para penghuni mes sudah terlelap tidur, sehingga mereka tidak mengetahui kedatangan RA.
Saat RA masuk ke kamar Eno, dia menyaksikan gadis cantik itu hanya mengenakan celana pendek dan baju seksi. Karena sudah melakukan komunikasi mesra sebelumnya, RA pun langsung memeluk dan mencium mesra Eno Parinah.
Eno Parihah dan RA terlibat ciuman panas. Bahkan, tangan RA sudah blusukan ke bagian intim Eno Parinah. Tiba-tiba, Eno Parinah langsung menutup celananya dan menolak berhubungan badan karena takut hamil.
Penolakan Eno Parihah membuat RA sakit hati. Pasalnya, nafsu birahinya sudah sampai di ubun-ubun. Akhirnya, RA keluar dari kamar Eno Parinah dan merokok di pinggir jalan.
Saat itulah, muncul tersangka lain, yakni Rahmat Arifin dari dalam mes pria. Rahmat menghampiri RA dan menananyakan apa tujuannya datang ke mes tengah malam.
RA mengaku baru ketemu Indah di mes perempuan. Rahmat heran karena di dalam mes perempuan tidak ada wanita bernama Indah.
Keduanya lalu berdebat karena kamar yang ditunjuk RA adalah kamar Eno Parinah. Di saat keduanya berdebat, muncul tersangka lain, yakni Imam Hapriadi menggunakan sepeda motor.
Rahmat lantas menantang RA masuk lagi ke kamar dan membuktikan jika Indah yang dimaksud adalah Eno Parinah. Mereka bertiga masuk ke mes wanita dan langsung ke kamar korban.
Rupanya benar, Indah yang dimaksud RA adalah Eno Parinah. Rahmat yang sebenarnya juga suka kepada Eno Parinah akhirnya melampiaskan biraahinya.
Rahmat Arifin memperkoosa korban. Sedangkan Imam terus membekap wajah Eno dengan bantal agar tidak bisa teriak. RA lalu disuruh pergi cari pisau untuk membunuh korban.
RA pergi ke arah dapur yang terletak di samping kamar. Namun dia tak menemukan pisau. RA lantas berjalan ke luar. Di depan rumah penduduk, tak jauh dari mes, ia melihat cangkul.
Cangkul itu ia ambil dan dibawa ke kamar. Rahmat dan Imam lalu mengangkat kedua paha Eno Parinah dan membukanya lebar-lebar. RA memasukkan gagang cangkul tersebut ke dalam kemaluan korban.
Saat itu, korban masih hidup dan menjerit kesakitan. Namun, para pelaku tak peduli. Setelah gagang cangkul masuk sedikit, RA lantas mendorongnya dengan tendangan hingga cangkul sepanjang 65 centimeter tersebut masuk sampai ke bagian dada korban. Gagang cangkul itu merusak hati dan bagian paru-paru korban.
“Korban patah tulang leher akibat dipukul gagal cangkul, luka pipi dan rahang akibat ditusuk garpu. Luka robeknya sampai ke bagian hati dan merusak paru-paru,” ujar Krisna. (pjk1/fajar)