Melakukan kegiatan pencarian dan penyelamatan (SAR) terhadap pesawat AirAsia QZ8501 di zona V perairan Laut Jawa, KRI Bung Tomo 357 menjadi kapal yang pertama kali menemukan puing pesawat. Berlanjut kemudian, KRI Bung Tomo berhasil mengangkut 10 jenazah selama operasi SAR dari 29 Desember-5 Januari.
Berbagai kendala dihadapi kapal perang Indonesia yang baru
diresmikan pada awal Desember 2014 itu. Salah satunya adalah kendala mengangkut
jenazah korban AirAsia.
Begitu tiba di zona V, KRI Bung Tomo langsung melakukan
operasi. Sehari kemudian, mereka menemukan serpihan pesawat yang pertama
mengambang di perairan yakni emergency exit door. Di sekitar lokasi juga
terdapat pelampung dan serpihan lainnya. KRI Bung Tomo pun menemukan jenazah
penumpang pesawat AirAsia di sekitar lokasi yang sama.
"Semua jenazah yang kami temukan itu mengambang di
laut, sudah mengalami pembusukan dan bagian tubuh ada yang tidak lengkap
lagi," kata Serka Raden, salah satu ABK KRI Bung Tomo yang turut dalam operasi
SAR.
Seluruh jenazah yang ditemukan, ujar Raden, tidak memakai
pelampung yang menandakan peristiwa jatuhnya AirAsia QZ8501 terjadi begitu
cepat. Lima orang di antaranya bahkan ditemukan masih berada di kursi penumpang
dengan sabuk pengaman yang masih terkunci. Kelimanya berada pada satu deret
kursi yang sama yakni deret kursi 2 dan deret kursi 3.
Saat jenazah ditemukan, hal lain yang harus dihadapi para
ABK KRI Bung Tomo adalah mengangkut jenazah ke dalam kapal sekoci yang
diturunkan. Satu kapal sekoci terdiri dari enam ABK.
Mereka harus menerjang gelombang ombak setinggi 3-5 meter
dan angin kencang untuk menggapai korban.
"Rasanya seperti melayang pakai boat ke sana,"
kata Serda Arif yang juga bagian dari ABK KRI Bung Tomo.
Arif menceritakan saat kapal sekoci sudah berhasil mendekati
korban, saat itu pula, ombak tinggi menerjang. Jenazah korban pun kembali
menjauhi kapal. Alhasil, mereka harus mengaitkan tali di tubuh jenazah supaya
bisa mendekati kapal sekoci dan tak terlepas.
Setelah jenazah sudah bisa didapatkan, seluruh ABK KRI Bung
Tomo langsung menaburi bubuk kopi ke masker yang mereka gunakan. Bubuk kopi
yang sama juga ditaburkan ke beberapa bagian tubuh jenazah.
Bekas-bekas bubuk
kopi bahkan masih terlihat di bangku-bangku pesawat di mana jenazah ditemukan
dalam posisi duduk dengan sabuk pengaman yang masih terkunci. Setelah bubuk
kopi ditebar, jenazah kemudian dimasukkan ke dalam kantong jenazah.
"Bubuk kopi ini yang bisa kurangi bau dari jenazah
karena sudah sangat membusuk," ucap Serda Arif.
Serka Raden menambahkan KRI Bung Tomo tak dilengkapi dengan
fasilitas penyimpanan jenazah. Maka dari itu, para awak kapal pun sudah
mempersiapkan diri dengan berkilo-kilo bubuk kopi sebelum kapal bertolak dari
Pangkalan Armada Timur, Surabaya.
Jenazah yang berhasil ditemukan kemudian langsung dibawa ke
KRI Banda Aceh untuk kemudian diangkut dengan menggunakan helikopter ke
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Segala upaya yang dilakukan petugas SAR termasuk para awak
kapal KRI Bung Tomo telah membuat sejumlah keluarga bisa bernapas lega lantaran
anggota keluarganya telah ditemukan. Selama delapan hari operasi SAR, KRI Bung
Tomo telah berhasil menemukan 10 jenazah.
Pada 8 Januari lalu, KRI Bung Tomo resmi bersandar di
Pangkalan Armada Timur, Tanjung Perak, Surabaya menuntaskan tugas
kemanusiannya. Tugas KRI Bung Tomo kemudian dilanjutkan KRI Usman Harun.