Tangis Mistis Nuri Korban Mutilasi Bikin Warga Ketakutan
Saha ieu (siapa ini)? Tong ngaganggu (Jangan ganggu)!"
teriak orang pintar itu sambil memegang kening Laras (29) yang meronta-ronta
kesurupan.
"Di mana kaki saya, tolong kembalikan," suara
parau itu langsung membuat warga sekitar yang berkumpul melihat Laras seperti
orang kesurupan langsung mendadak merinding.
"Saya orang Lebak, tolong temukan kaki saya," ujar
Laras yang sedang dipegangi kaki dan tangannya agar tidak menendang
barang-barang yang ada di kamar kontrakannya.
Wati warga yang tinggal tidak jauh dari kediaman Laras
mengatakan, sehari setelah ditemukannya Badan Nur Atikah (34) tanpa kaki dan
tangan di rumah kontrakan yang letaknya di seberang rumahnya, mulai terjadi
kejadian-kejadian mistis.
Kejadian itu anehnya hanya menimpa warga kontrakan Abdul
Malik di RT 012 RW 01, Kampung Telaga Sari Kecamatan Cikupa, Kabupaten
Tangerang, Banten, tempat di mana Nuri yang dalam keadaan hamil di mutilasi
oleh kekasih gelapnya.
Kejadian aneh itu, muncul sehari setelah polisi menemukan
jasad korban, Kamis 14 April 2016. Salah satunya, kejadian yang menimpa Laras.
Seorang warga yang dianggap orang bisa di kampung tersebut berupaya mengusir
'roh' yang merasuki Laras.
Wati mengatakan, Laras seperti kerasukan arwah Nuri. Tak
hanya itu, sejak adanya warga yang kerasukan, warga yang lewat di rumah
kontrakan berlantai dua itu, kerap mencium bau busuk dan amis.
Padahal pemilik kontrakan sudah membersihkan kamar
kontrakannya dan juga di setiap tembok diletakan beberapa bungkus penuh
pembersih lantai beraroma cemara.
"Kalau malam terutama, lewat di depannya tiba-tiba bau
amis atau bau busuk, terus tiba-tiba hilang. Kalau sudah begitu banyak warga
yang lewat langsung lari," kata Wati.
Beragam cerita horor beredar di kalangan warga. Kali ini
adalah penuturan warga yang beberapa kali mendengar suara tangisan perempuan
dari dalam kamar kontrakan tersebut. Padahal letaknya ada di lantai dua, tapi
suaranya terdengar sangat jelas.
Maka tak heran, bila saat ini sebanyak 17 pintu kamar
kontrakan milik Abdul Malik kosong ditinggal penghuninya. "Kontrakannya
juga sudah sepi pada pindah gara-gara takut dihantuin," ujar Abdul Malik.
Hingga kini, kondisi kamar kontrakan yang menjadi tempat
kejadian perkara pembunuhan dan mutilasi, masih diberi garis polisi.
Irma, seorang warga mengungkapkan, saksi awal yang juga
tinggal di sebelah kamar kontrakan Agus dan Nuri, sudah kabur lebih dulu.
"Dia yang cium bau amis pertama kali, malamnya itu dia
ngungsi di tempat saudaranya," kata Irma.
Kemudian beberapa hari setelah kejadian, satu per satu
penghuni kontrakan pergi meninggalkan kamar berukuran 4x5 meter yang mereka
sewa.
Selain karena ketakutan, mereka juga hengkang karena enggan
diberondong pertanyaan oleh wartawan yang sudah dua pekan ini terus berdatangan
ke lokasi.
"Ada yang ketakutan, ada yang enggak mau ribet juga.
Pokoknya tahu-tahu kosong," kata Irma.
Padahal kontrakan Abdul Malik terbilang murah, yakni Rp
300-500 ribu per bulan. Malik pun mengaku pasrah, dia lebih memilih untuk
menghilangkan bau amis yang ditimbulkan dari darah Nuri.
"Saya letakkan karbol yang bungkusnya dibuka di tiap
tembok," ujar Abdul Malik.