News Update :
Home » » Kerajaan Ular Di Bawah Tanah Kota Semarang

Kerajaan Ular Di Bawah Tanah Kota Semarang

Penulis : Kwanyar News on Saturday, February 27, 2016 | 3:59 AM

 

Kota Semarang Diserang Puluhan Ekor Ular Piton


Munculnya puluhan ekor ular piton berbagai jenis di perkampungan pusat kota Semarang memunculkan berbagai spekulasi. Salah satunya isu kerajaan ular di bawah kota.

Sebagian masyarakat mengaku pernah mendengar adanya terowongan drainase buatan Belanda yang menghubungkan Lawangsewu - SMAN 1 Semarang - Benteng Pendem. Drainase  itulah yang dicurigai sebagai kerajaan ular. Ketika tempat mereka penuh, ular-ular itu keluar mencari habitat baru.


"Saya pernah mendengar ada terowongan di Lawangsewu, Rumah Sakit Kariadi, SMAN 1 dan Benteng Pendem, mungkin karena tak berfungsi lagi," kata Chandra, warga Jalan Anggrek kepada Liputan6.com, Kamis, 25 Februari 2016.

Sejarawan Kota Semarang Jongkie Tio menampik dugaan tersebut. Menurut dia, lorong bawah tanah itu belum tentu saluran drainase karena hingga kini belum pernah ditemukan lorong yang saling berhubungan itu.

"Itu semacam mitos saja barangkali. Namun kalau ada yang meyakini ya monggo, yang pasti bukti keberadaan lorong itu tak ditemukan," kata Jongkie Tio.

Jongkie mengisahkan pengalaman masa kecilnya tinggal di kawasan seputar Simpang Lima. Menurut dia, saat hujan yang menyebabkan banjir, banyak ular berkeliaran. Namun, ia tak menyebutkan hal itu disebabkan karena adanya drainase.

Jongkie justru menyalahkan dataran rendah dan ketiadaan drainase yang justru menyebabkan banjir selalu terjadi di kawasan Simpang Lima. Penanganan serius terhadap banjir di kawasan itu baru dimulai pasca-Orde Baru, yakni saat dipimpin Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip.

"Sebelumnya memang ada pembuatan saluran tambahan, yakni di Kampung Kali," kata Jongki Tio.

Sepakat dengan Jongkie,  arsitek Unika Soegijopranoto, Tjahjono Rahardjo juga menyebut lorong bawah tanah di kawasan Simpanglima tidak mungkin ada.


Lelaki yang sedang meneliti sejumlah bangunan kuno di Kota Lama dan planologi peninggalan Belanda itu beralasan sejumlah bangunan yang berdiri di kawasan itu dibangun dalam masa berbeda-beda.

"Dari Benteng Pendem, Lawangsewu, SMA 1, dan RS Kariadi itu membangunnya beda zaman. Beda tahun. Sangat tidak mungkin," kata Tjahjono.

Ia menduga tempat yang disebut lorong itu adalah ruangan semacam bunker. Ia menjelaskan, tipikal bangunan Belanda memang memiliki ruangan itu dan sering dijadikan gudang bawah tanah.
Share this article :
Comments
0 Comments

Post a Comment

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. KWANYAR NEWS . All Rights Reserved.
Design Template by Kwanyar News | Support by creating website | Powered by Blogger