News Update :
Home » » Alasan Pembakaran Mushala Di Tolikara

Alasan Pembakaran Mushala Di Tolikara

Penulis : Kwanyar News on Sunday, July 19, 2015 | 9:56 AM

 

Ketua PGI Berikan Tanggapan Pembakaran Mushala Di Tolikara


Bangsa Indonesia sedikit tercederai akibat adanya insiden dimana Mushala di Kabupaten Tolikara, Papua dibakar oleh salah satu kelompok agama menjelang Shalat Ied, sekitar pukul 07.00 WIT, Jumat (17/7). Bukan hanya itu, enam rumah dan 11 kios dilaporkan ikut terbakar.

Diduga, awal kejadian karena adanya surat dari Gereja InjiliDi Indonesia (GIDI) pada 11 Juli 2015 silam. Di dalam surat tersebut, GIDI melarang tiga hal dilakukan di Tolikara, Wamena, Papua. Tiga hal tersebut adalah melarang pembukaan lebaran (Idul Fitri) yang jatuh pada hari Jumat (17/7) di wilayah Kabupaten Tolikara (Karubaga), Wamena Papua.

Kedua, GIDI hanya mengijinkan perayaan dilakukan di luar kabupaten Tolikara dan Jayapura.  Serta ketiga, umat muslim perempuan dilarang mengenakan jilbab di wilayah tersebut.

GIDI sendiri menyebutkan, tiga larangan itu didasarkan pada hasil seminar dan KKR pemuda GIDI tingkat internasional. Sehingga GIDI wilayah Toli membatalkan semua kegiatan yang bersifat mengundang umat besar. Mulai dari tingkat jemaat lokal, klasis atau pun dari yayasan dan lembaga-lembaga lainnya.

Selain itu, GIDI wilayah Toli juga melarang agama lain dan gereja denominasi lain untuk mendirikan tempat-tempat ibadah di kabupaten Tolikara. Selain pembakaran masjid, GIDI juga sudah menutup gereja Adven di Paido. Sehingga umat gereja Adven bergabung dengan GIDI.

Akibat kejadian tersebut, banyak pihak banyak pihak yang menyesalkan. Seperti dilansir sebuah media online nasional, Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Albertus Patty menilai isi surat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang memuat pelarangan shalat Ied tidak mencerminkan nilai-nilai Kristiani yang penuh cinta dan toleransi.

Untuk itu, PGI akan mengambil langkah-langkah khusus untuk menindaklanjuti masalah ini.

Bahkan, katanya lebih lanjut, seandainya benar surat itu ada, isi surat itu tidak mencerminkan nilai-nilai Kristiani yang penuh cinta dan toleransi. Hal itu juga tidak sejalan dengan budaya dan konstitusi bangsa.

Disamping itu pula, surat tidak mencerminkan toleransi.

“Kalau melihat surat GIDI, tak mencerminkan toleransi bukan saja terhadap umat Islam, tetapi juga terhadap umat Kristen sendiri,” tuturnya.

Untuk itu, Patty menegaskan, pihaknya menentang dan menyesalkan berkembangnya kecenderungan intoleransi dari manapun, termasuk dari kelompok Kristen. Pasalnya, tidak hanya terhadap umat Islam, GIDI wilayah Toli juga melarang semua agama dan gereja denominasi lain untuk mendirikan tempat ibadah di wilayah kabupaten Tolikara.


Dalam surat GIDI itu bahkan dikatakan Gereja Adven di distrik Paido sudah mereka tutup dan umat Gereja Advent dipaksa bergabung dengan GIDI.

Sementara itu Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin menyerukan kepada seluruh umat Islam di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, agar menahan diri atas kekerasan massa yang mengakibatkan kerusakan mushala dan puluhan bangunan lain, Jumat (17/7) pagi.

“Tidak perlu membalas, tunjukkan bahwa kita adalah umat yang toleran,” ungkap Din sebagaimana dikutip, Jumat.

Untuk itu, Din meminta polisi mengusut dan menindak para pelakunya sesuai hukum. Ia menyesalkan kejadian itu karena di tengah upaya membangun toleransi antarumat beragama, masih ada kelompok intoleran yang melakukan kekerasan pada umat lain.
Share this article :
Comments
0 Comments

Post a Comment

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. KWANYAR NEWS . All Rights Reserved.
Design Template by Kwanyar News | Support by creating website | Powered by Blogger