Curhat Seorang Hillary Mantan Pramugari Singapore Airlines
Seorang pramugari maskapai Singapore Airlines membeberkan
bahwa profesi sebagai flight attendant tak senikmat yang dibayangkan. Hidup
mewah dan memiliki gaji besar.
Dalam blog-nya, wanita yang disebutkan bernama Hillary itu
menuliskan sisi kelam saat bertugas di udara.
Mulai dari bekerja sangat keras, dilecehkan penumpang, dan
dikelilingi oleh godaan lain, baik dari rekan kerja sendiri maupun minuman
keras.
"Terbang menjadi hal buruk terutama jika Anda
terperosok ke dalam godaan, seperti gadis-gadis cantik, pria-pria tampan, dan
kamar hotel bintang empat. Di lingkungan kerja, Anda juga benar-benar harus
tetap waspada dan bertahan dari godaan dari minuman keras, rokok, pesta dan
lain-lain. Tidak semua melakukannya, tetapi sebagian besar demikian," kata
dia.
Dalam artikel yang dikutip dari News.com.au, Kamis
(19/11/2015), Hillary mengaku sudah berhenti dari pekerjaannya pada Mei 2014.
"Sekarang aku sudah berhenti terbang dan merasa umurku
lebih muda 10 tahun... Setelah berhenti, orangtuaku bilang aku sudah menjadi
diriku lagi. Aku tak lagi suka kesal dan cepat marah, bahkan saat ini sikapku
lebih baik," tutur dia.
Ia mengaku mencintai pekerjaan sekaligus juga membencinya.
Dari luar kehidupan pramugari terlihat begitu glamor dan menyenangkan, bisa
berbelanja di Paris, ke Amerika Serikat, sarapan di Tokyo dan makan siang di
LA, tapi pekerjaan itu sulit. "Awak pesawat benar-benar bekerja sangat
keras untuk uang!" kata Hillary.
"Anda bukan hanya seorang pelayan di udara, tetapi juga
petugas keamanan, porter, bartender, tukang bersih toilet, polisi, pengasuh,
pembantu dan masih banyak lagi. Banyak gadis tidak tahu ini sebelum mereka
bergabung dan shock setelah tahu kehidupan mereka ketika bertugas..."
"Aku menangis karena takut pergi bekerja... kerja
nonstop di mana Anda benar-benar bekerja sepanjang perjalanan ke London. Juga
karena aku tak ingin berada jauh dari keluarga."
Sesuatu yang menurut Hillary membuatnya bahagia adalah sikap
penumpang yang baik.
"Kadang-kadang, penumpang benar-benar bersikap sangat
manis. Mereka akan membelikan makanan untuk kru, misalnya snack, makanan
ringan, dan hal sederhana ini membuat kita sangat senang karena kita merasa
seperti kita sedang dihargai dan itu adalah cara yang baik untuk mencetak poin
juga."
"Terlepas dari sisi tidak begitu baik tentang
pekerjaan, saya benar-benar menikmati hidup awak kabin selama 2 tahun. Uang
yang baik, makanan yang mengagumkan dari berbagai negara, orang-orang yang saya
temui dan pelajaran yang telah saya pelajari."
Gaji Pramugarinya Tak Meningkat :
Hal terakhir yang membuat Hilary memutuskan untuk berhenti
menjadi pramugari adalah gaji. Menurut dia, gaji pramugari Singapore Airlines
tidak mengalami peningkatan signifikan dari bertahun-tahun lalu.
"Sekitar 30 tahun lalu, kru mendapat gaji SG$ 5 ribu (Rp
49 juta) setiap bulan. Sekitar 30 tahun kemudian, mereka hanya mendapat gaji
minimal SG$ 3.300 (Rp 32 juta) per bulan. Pada bulan baik bisa mendapat SG$
4.700 (Rp 46 juta), tapi mengapa 30 tahun lalu dan sekarang awak mendapat gaji
yang sama? Malah lebih sedikit sekarang sebenarnya," tanya Hilary dalam
tulisannya.
"Dan perusahaan terus menurunkan gaji, sangat tidak
layak untuk terbang sekarang," ucap Hillary yang membuat posting-an
tersebut dalam rangka setahun berhenti bekerja.
Sejauh ini pihak Singapore Airlines menolak untuk
berkomentar.