Sejarah Singkat Yayasan Sunan Cendana
Barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia raihlah
dengan ilmu, barang siapa menginginkan kebahagiaan akhirat, raihlah dengan
ilmu, dan barang siapa menginginkan keduanya, raihlah dengan ilmu “ ( al-hadits
).
Berpijak dari hadits di atas, muncullah keinginan masyarakat
Kwanyar yang taat dan fanatik akan nilai-nilai keislaman agar putra-putri
mereka mendapat pendidikan yang agama yang cukup. Sementara kondisi Pendidikan
Nasional tingkat lanjut yang kurang mengakomodir pelajaran-pelajaran agama.
Hal ini di buktikan dengan pengalokasian pelajaran agama di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di bawah Departemen Pendidikan Nasional
yang sangat minim. Sementara sekolah Tsanawiyah Negeri di kabupaten Bangkalan
yang hanya ada satu buah, itupun di Kota Kabupaten. Sehingga anak didik yang
berasal dari kecamatan untuk mencapai Kota Kabupaten perlu mengeluarkan biaya
tambahan yang dirasa cukup memberatkan.
Akhirnya tercetuslah keinginan untuk mendirikan lembaga
pendidikan tingkat lanjutan yang berbasiskan agama demi mewujudkan keinginan
dan impian suci masyarakat Kwanyar tersebut. Dan akhirnya pada tahun 1984,
berdirilah Sekolah Menengah Pertama Islam ( SMPI ) Sunan Cendana. Belum selesai
satu tahun ajaran pertama, nama SMPI berubah menjadi MTs (Madrasah Tsanawiyah)
Sunan Cendana yang berafiliasi di bawah Departemen Agama.
Lembaga pendidikan tersebut didirikan oleh tokoh kharismatik
KH. Abdul Mu’thi Manshur ( Alm ) yang sekaligus adalah pendiri Yayasan Sunan Cendana, beliau adalah turunan ke 7 ( tujuh ) dari Syeh Zainal Abidin yang
lebih dikenal dengan sebutan Sunan Cendana yang merupakan penyebar agama Islam
di Kwanyar dan dipercaya sebagai nenek moyang mereka.
Kemudian namanya di abadikan di lembaga tersebut sebagai
bentuk Tabarrukan ( Mengambil Barokah ) pada kekeramatan beliau, agar lembaga
ini tetap berjalan berdasarkan garis ke-Islam-an yang beliau cita-citakan.
Pertama kali berdiri lembaga ini menggunakan gedung Madrasah
Ibtida’iyah Diniyah Sunan Cendana yang telah berdiri jauh sebelumnya. Beberapa
tahun kemudian lembaga ini mampu membangun gedung sendiri, dan tidak tergantung
pada Madrasah Ibtida’iyah Diniyah Sunan Cendana berkat dukungan penuh dari
masyarakat dan pemerintah.
Menteri asal Kuningan Jawa Barat itu tidak membantah, tetapi
juga tidak membenarkannya. Dia mengatakan saat ini Kemendikbud sedang fokus
pada urusan evaluasi Kurikulum 2013 (K13). “Akan saya jelaskan setelah urusan
ini (K-13) selesai. Nanti ada waktunya” ungkap Anies Baswedan, singkat.
Sumber : sunancendana.blogspot.com