Isi Surat Dari Petani Kendeng Untuk Sang Presiden Jokowi
Petani Pegunungan Kendeng masih menunggu kesediaan Presiden
Joko Widodo, untuk berdialog. Selain menabuh lesung di halaman Istana Presiden,
Senin (6/6) sore, sebagai simbol protes terhadap ancaman terhadap sistem
pertanian mereka, para petani ini kemudian membuat surat ke Presiden Joko
Widodo.
Surat Untuk Presiden Jokowi Ditulis tangan dalam bahasa Jawa dan ditandatangani oleh
Gunretno dan Gunarti dari Komunitas Sedulur Sikep, Pati serta Sukinah sebagai
wakil dari petani Rembang. Surat kemudian juga dilampiri dengan terjemahan
dalam bahasa Indonesia dengan diketik. Berikut surat yang diserahkan mereka ke
Layanan Persuratan, Kementerian Seretarian Negara RI.
Sedulur Sikep merupakan komunitas petani di Pegunungan
Kendeng yang dirintis Samin
Surontiko–nama aslinya, Raden Kohar–tahun 1890-an. Gerakan ini awalnya didasari
semangat perlawanan tanpa kekerasan terhadap Belanda dengan menolak membayar
pajak dan segala peraturan kolonial.
Tahun 1859, Samin ditangkap dan diasingkan Belanda ke
Padang, Sumatera Barat, hingga akhir hayatnya. Namun, ajaran Samin tetap
dipelihara Komunitas Sedulur Sikep di kawasan Pegunungan Kendeng, membentang
dari Blora dan Pati di Jawa Tengah hingga Bojonegoro di Jawa Timur. Setelah
kemerdekaan Indonesia, Sedulur Sikep tetap mempertahankan ajaran Samin dengan tetap
menjadi petani dan sangat tergantung pada bentang alam Kendeng.
Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah industri semen
berencana menambang pegunungan gamping di kawasan ini. Inilah awal perlawanan
komunitas Sedulur Sikep atau para pengikut samin ini, karena penambangan itu
dikhawatirkan merusak sumber air dan mengganggu kehidupan bertani mereka. AHMAD
ARIF
Jakarta, 6 april 2015
Tuhu tresno,
Kepada Bapak Jiko Widodo
Presiden Republik Indonesia
Melalui surat ini kami bersaudara di JM-PPK (Jaringan Masyarakat
Peduli Pegunungan Kendeng) dari Pati dan Rembang, Provinsi Jawa Tengah, mau
minta waktu Bapak Joko Widodo untuk membicarakan nasib para petani dan
keselamatan pegunungan Kendeng.
Kami bersaudara mengetahui betul bahwa Bapak Joko Widodo
sibuk sekali, tapi kami percaya sekali Bapak Joko Widodo tidak akan pernah
melupakan sedulur tani.
Maka dari itu kami mau dan akan menunggu di Istana Negara,
Jakarta sampai Bapak Joko Widodo ada waktu untuk menemui kami sak sedulur.
Cukup sekian kata Kami. Semoga mendapat perhatian.
Matur nuwun,
Gunretno (Sedulur Sikep)
Gunarti (Sedulur Sikep)
Sukinah (Rembang)